Friday, October 19, 2007

DUERRRR



Gedobrak duer. Suara pintu didobrak dari luar. Seorang Polisi preman masuk diiringi dibelakangnya beberapa Polisi dengan pistol mengacung kedepan siap tembak. Sedangkan disekiling bangunan yang sudah mulai rapuh itu telah di kepung prajurit yang siap menyergap.Satu peleton Polisi
”Anda sekarang di tangkap.” kata seorang polisi dengan garang.
Anak muda kurus kering terlihat garis bekas luka ditangan dan bekas silet masih kelihatan berdarah menyayati tubuhnya. Di situ terlihat bong botol kecil bekas nyandu. dan alat suntik kecil berisi sedikit cairan didalamnya.
Mata sayu memandang kabur hanya mampu mengikuti perintah. ”Berdiri, tangan keatas” kata Polisi dengan sedikit kasar. Mengeluarkan borgol mengikat kedua ujung ibu jari. Seorang polisi preman yang memang sudah mengawasi lebih dahulu
Di siang bolong itu terdengar suara menderu mobil patroli meninggalkan keheningan kebun psang di tengah sawah pinggir kota.
...
Di keremangan malam terdengar sedu sedan Ibu mengalir rintihan kesedihan berjuntai dari bibirnya. Terasa desahan kecil keluhan meratap.Di depan meja sembayang menghadap salib kecil dan patung Bunda Maria. Seorang Ibu kelihatan sangat kecewa sekali. Hidupnya yang penuh cobaan.
. Sungguh penderitaan apa lagi setelah suami meninggal sekurangnya tujuh bulan lagi. Belum genap setahun harus menghadapi cobaan. Ia tak sanggup lagi meresapkan apa yang terjadi dengan anaknya ini. Dia bimbing setiap hari dengan nasihat-nasihat yang tak kalah bagusnya dari seorang psikolog. Namun yang terjadi suatu keadaan yang tak bias terjawab oleh teka-teki. Keadaan penuh luka dan mungkin penuh dengan ketidak wajaran.Mungkin karena kesibukanku bekerja sampai aku tidak memperhatikan secara teliti anak ragilku ini? Ataukah memang Tuhan memang berkehendak begitu? Ratapnya dalam batin. Yang ada sekarang penyesalan rintihan tangis kenyataan. Mati aku Tuhan mati aku aku ingin mati saja aku tak mampu lagi menghadapi hidup ini.Engkau mau mencabut nyawaku sekarang ini, aku sungguh bahagia. Aku terbebas dari derita ini Di dunia ya dunia toh aku tidak ada ang memperdulikannya dan jika aku mati di sana aku tidak tau aku di apakan apa peduliku dengan neraka yang penting kemaluanku dengan tetangaku dengan masyarakatku dengan teman kerjaku kulewati dengan satu cara.. mati. Sungguh enak kematian itu jika aku bisa menentukannya. Saat aku sedih aku ingin mengakhiri karena sunguh berat hidup ini. Dan mungkin saat aku enak menjalani hidup ini mungkin aku tidak ingin mati.

Memang hujan sekarang tidak menentu masak bulan april masih saja langit menangis.Kalau sudah begini mau ke Gereja jadi malas.Hujan nggak hujan nggak .Sedangkan aku hanya pakai sepeda .Kan jadi males begini


No comments: