Friday, October 19, 2007

PEREMPUAN DAN BUNGA



PEREMPUAN & BUNGA
Oleh: REMITRI SUBIANTO

Sudah setahun ini aku menikmati dunia lain. Semerbak bunga-bunga dan dupa-dupa persembahan dalam perjamuan suci yang aku terima setahun yang lalu dalam janji dengan Tuhan. Aku ingin hidup semati, janji pernikahan aku ucapkan dihadapan Pastur dan seluruh umat Tubuhku serasa bergetar, tulang-tulangku lolos melepas mencapai klimak. Kuasa Illahi datang.
Aku harus siap menghadapi wot ogal-agil, harus aku lalui. Kenyataan yang kuanggap seperti membalikkan telapak tangan. Seperti bergantinya waktu, bergantinya tahun dari pukul dua belas malam ke pukul kosong – kosong. Aku lalui dan statusku telah berubah dari belum menikah menjadi menikah. KTP ku pun berubah. Sungguh luarbiasa, rencana-rencana yang tak terduga.
Aku sekarang telah menjadi bapak dan tiap aku tidur disampingku sudah ada seorang makluk berlainan jenis yang belum aku kenal. Ada disampingku. Walaupun aku sudah pacaran satu tahun rasanya belum mengenal secara keseluruhan. Masih ada misteri-misteri yang aku temukan.Aku mencoba mengenalnya namun aku sendiri kaku seperti tertimpa batu es.Warakadah Tuhan aku tak tahu apa yang harus aku lakukan dia berubah rupa. Bukan rupa wajahnya bukan. Eit dia menjadi galak, bengis seperti kesetanan eit. Jabang bayik istriku ini. Sadar nak sadar.
-------
Sekian waktu aku lalui perkenalanku di pabrik membuatku berdesir. Inikah pilihanku, inikah calon impianku,kembang-kembang yang selalu aku cari. Ataukah hanya awan-awan yang mengembang, berbuih-buih membumbung dan membumbung. Aku tak mengerti hidupku ini aku kemarin mencintai Sulastri teman kuliahku yang sekarang sudah buka praktek. Sekarang aku mencintai teman pabrikku dan menikahinya. Apakah aku besok akan mememukan perempuan lagi.
” Jangan thole kamu harus teguh dengan janjimu sehidup semati. Jangan hanya waktu senang saja kamu nikmati, tetapi waktu susah kamu lempar.Ndak boleh begitu kamu harus teguh dengan pendirianmu .Seperti Werkudoro yang gagah berani jangan seperti Arjuna yang istrinya banyak” Kata-kata Ibuku ini selalu mendenging – denging kencang. Menerorku setiap akan selingkuh atau bermimpi-mimpi dengan perempuan lain. Ini peringatan maha dasyat dari Ibuku.
Malah waktu sekolah aku tidak boleh pacaran.Waktu SMA aku baru bisa ngerti namanya cinta. Setiap kali ketemu cewek rasanya gembrobyos, keringat mengalir deras bagaikan anak sungai Bengawan Solo. Si Indah sering menggoda – goda, dia duduk disampingku, aku tambah kikuk, kayak ayam yang ngerami anak-anaknya, takut,gemetar. Bukan main itu pengalamanku dengan cewek.Aku ndak tahu apakah saat itu jatuh cinta dengan Indah ini. Mungkin kalau saya terjemahkan sekarang aku baru tertarik dan sedikit jatuh cinta. Busyet, pengaruh breafing ibu setiap hari berpengaruh dengan mentalku ini.
-------
Perempuan satu ini memang telah menjadi idolaku sejak kecil.Walaupun galaknya minta ampun tetapi aku sangat mencintainya. Sungguh luar biasa kekuatan cintanya baru saja ia telpon. Kontak batin ini tak bisa aku hilangkan. Saat aku sakit pasti ibuku merasakan aku sakit dengan bermimpi yang aneh-aneh.Dia berada dalam situasi berdekatan dengan air entah itu disungai mencari ikan atau dilaut mendayung sampan atau disawah menanam padi. Fenomena yang menakjubkan itu selalu melekat dalam diri ibu.Akupun hanya bisa mengagumiAtau satu hal ini saat ada orang yang meningggal sehari atau dua hari sebelumnya dia akan membaui bunga-bunga mayat. Hi-hi begidik aku. Jangan-jangan ibuku ini juru nujum tapi nggak terkenal.
Bagaimana mau terkenal kerjaannya dia bergelar Dra alias dirumah saja. Paling-paling dikenal sekampung saja,kalau acara RT atau Dharma Wanita di Balai desa. Yah teman-temamnya paling itu-itu juga. Bu Yanti,Bu Lasmi, Bu Mamik, Bu Nani ah pokoknya kalau disebutin aku apal semua.
Mereka sering kerumah ngerumpi.Biasa ibu-ibu, ngomongin anaknnya yang udah pada sekolah, ringking kelas atau tidak, atau ngomongin suaminya yang gajinya sekian-sekian, kalau diranjang suaminya udah loyo. Yah pokoknya begitu-begitulah. Kalau ngobrol ngalor ngidul nggak karuan. Itulah gaya teman-teman Ibuku.
------
Istriku sekarang sedang menikmati dapur.Meracik bumbu-bumpu untuk sarapan pagi ini. Masakan apa yang ingin dibuat nampaknya sayur bening kesukaanku. Aku hanya bisa membaui dari aromanya. Akupun masih gelimpang – gelimpung di amben.Sepagi ini dia sudah bangun sedangkan hari ini Sabtu. Hari libur untuk pabrikku.
Koh bangun aku pingin kemall beli baju buat ke pesta. Kalau dikampungku ya jagong atau undangan pengantin. Hari ini adiknya mau menikah dan aku harus mepersiapkan segalanya. Apa yang sudah diajarkan istriku selama ini harus aku hapalkan satu persatu. Nanti Cinga akan menikah dengan mengundang kerabat dekat.Ya aku harus serapi mungkin biar tidak ngisin – isini.
Pokoknya saya sekarang harus menyesuakan adat istriku. Setiap ketemu dengan papa harus bersedeku, dua tangan ditangkupkan, jari-jari bersilangan diatas kepala diayun-ayunkan dan dengan sikap kepala tunduk. Sikap hormat ini harus aku kuasai ini juga untuk kalau ketemu dengan kerabat yang lebih tua. Ya itung-itung belajar di mata kuliah Filsafat budaya dasar.Bukan hanya itu aku harus siap budaya istriku dengan membawa hio didepan bangku besar tempat abu Akung, membawa buah-buahan sebagai sesaji.Ini lain sekali dengan kebiasaanku. Desa mawa tata negara mawa cara, desa punya adat negara punya aturan. Mungkin itu yang tepat untuk mengatakan.
Istriku memang setia.Waktu aku dulu pacaran dia yang selalu mempehatikan aku. Dari makan, pakaian, bahkan bangunin aku.Waktu berangkat kerja terlebih dahulu dia menghampiriku. Akupun semakin sayang dan sayang.
-------
Waktu menunjukkna pukul setengah dua belas siang sang pengantin laki-laki belum juga datang. Entah apa gerangan dari tadi tercium bunga – bunga. Walaupun bunga yang ditaburkan di altar tidak terlalu menyengat. Bunga yang kucium ini membuatku pusing.
Ada berita yang tak mengenakkan pengantin laki-laki mengalami kecelakaan. Masya allah mudah-mudahan tak terjadi sesuatu. Doaku selalu aku panjatkan.
Bunga itu tercium lagi.Apakah ilmu dari ibuku telah menjadi bagian dari hidupku. Mudah-mudahan tidak terjadi. Tapi bunga ini menyogok-sogok hidungku ditambah dengan bau kemenyan semakin menusuk-nusuk. Aku tak kuat bintang-bintang mengitariku. Satu-persatu bintang itu terbang dan terbang. Aku terhuyun-huyun. Bruk .

Pabrik 19 Oktober 2004




Sepagi ini biasanya Mbak Kuncung sudah lewat. Tapi entah kenapa dia tidak muncul-muncul. Perutku yang dari tadi keriuk-keriuk minta ganjelan sudah lungset kembang kempis. Dasar perut ndak dikasih keroncongan dikasih dangdutan pingin tidur melulu.

Aku sudah tidak mau cerita macam-macam pada Mami.Bagaimana nggak kesel.Setiap kali ngomomg A dimarahin ngomomg B dimarahin.Apa nggak kesel jadi anak. Bete kan. Mami kalau mau marah jangan disini pindah deh dibelakang rumah biar ayam-ayam yang ndengerin kan elok. Ayam-ayam nanti

No comments: